Tampilkan postingan dengan label ILMU PERTANIAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ILMU PERTANIAN. Tampilkan semua postingan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI PASCA PANEN : PERMEABILITAS DINDING SEL BUAH JERUK

KAMI DARI REDAKSI MENGUCAPKAN TERIMAKASIH ATAS KIRIMAN ATIKEL DARI 


MUH. AMIN YAHYA

LOGO UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR


POGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011





BAB I   
PENDAHULAUAN

1.1 Latar Belakang
Kehilangan air dari produk hortikultura saat berada pohon tidak masalah karena masih dapat digantikan atau diimbangi oleh laju pengambilan air oleh tanaman. Berbeda dengan produk telah dipanen kehilangan air tersebut tidak dapat digantikan, karena produk tidak dapat mengambil air dari lingkungnnya. Demikian kehilangan substrat tidak dapat digantikan sehingga menyebabkan perubahan kualitas dari produk yang telah dipanen atau dikenal sebagai kemunduran kualitas dari produk, tetapi pada suatu keadaan perubahan tersebut justru meningkatkan kualitas produk tersebut.
Hortikultura seperti sayur-sayuran dan buah-buahan yang telah dipanen masih merupakan benda hidup. Benda  hidup disini dalam pengertian masih mengalami proses-proses yang menunjukkan kehidupanya yaitu proses metablisme. Karena masih terjadi proses metabolisme tersebut maka produk buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah dipanen akan mengalami perubahan-perubahan yang akan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kimiawinya serta mutu dari produk tersebut. Perubahan tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti terjadinya respirasi yang berhubungan dengan pengambilan unsur oksigen dan pengeluaran karbon dioksida (respirasi), serta penguapan uap air dari dalam produk tersebut yang dikenal sebagai transpirasi.
Kemunduran kualitas dari suatu produk hortikultura yang telah dipanen biasanya diikuti dengan meningkatnya kepekaan produk tersebut terhadap infeksi mikroorganisme sehingga akan semakin mempercepat kerusakan atau menjadi busuk, sehingga mutu serta nilai jualnya menjadi rendah bahkan tidak bernilai sama sekali. Pada dasarnya mutu suatu produk hortikultura setelah panen tidak dapat diperbaiki, tetapi yang dapat dilakukan adalah hanya usaha untuk mencegah laju kemundurannya atau mencegah proses kerusakan tersebut berjalan lambat.
1.2 Tujuan Praktikum
       Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tentang Permeabilitas dinding sel buah jeruk.
1.3      Rumusan Masalah
       Mengindentifikasi bagaimana  besar tingkat permeabilitas  dinding yang terdapat pada buah jeruk ?


BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1      Komoditi Buah Jeruk
Buah jeruk umumnya digemari oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Jeruk merupakan sumber vitamin C yang baik, mengandung 50 mg/100 ml sari buah, serta vitamin A dan protein (Lelly 2004). Sejauh ini ketersediaan buah jeruk di dalam negeri belum mencukupi kebutuhan. Konsumsi buah jeruk pada tahun 2001 hanya 3,8 kg/kapita/tahun. Rendahnya konsumsi antara lain disebabkan oleh rendahnya produksi jeruk di Indonesia (Soeroto 2003). Permasalahan dalam agribisnis jeruk di Indonesia antara lain adalah serangan penyakit terutama citrus vein phloem degeneration (CVPD) yang disebabkan oleh bakteri Liberobacter asiaticum (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman 1999).
Jeruk merupakan tanaman asli (indigenous) dari benua Asia khususnya dari India sampai Cina. Banyak spesies jeruk yang telah dibudidayakan di daerah subtropik. Jeruk dan kerabatnya termasuk ke dalam famili Rutaceae yang meliputi banyak genera (Roy dan Goldschmidt 1996). Pada dasarnya, jeruk dapat dikelompokkan menjadi 3 berdasarkan manfaatnya, yaitu: 1. Primitif, yang belum dimanfaatkan, 2. Kerabat dekat jeruk yang sebagian telah dimanfaatkan, dan 3. Jeruk yang sebenarnya, yaitu yang telah dimanfaatkan dan dibudidayakan. Jeruk mempunyai 6 genera yaitu: 1) Citrus, 2) Microcitrus, 3) Fortunella, 4) Poncirus, 5) Cymenia, dan 6) Eremocitrus. Semua genera tersebut mempunyai daun tunggal, kecuali Poncirus yang mempunyai daun majemuk (trifoliate)
2.2 PERMEABILITAS  DINDING SEL BUAH JERUK
      Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi dan strukturnya. Lapisan terluar adalah dinding sel yang tersusun atas selulosa, lignin, dan polisakarida lain. Dinding sel memberikan kekakuan dan memberi bentuk sel tumbuhan. Pada beberapa bagian, dinding sel tumbuhan terdapat lubang yang berfungsi sebagai saluran antara satu sel dengan sel lainnya. Lubang ini disebut plasmodesmata, berdiameter sekitar 60 nm, sehingga dapat dilalui oleh molekul dengan berat molekul sekitar 1000 Dalton. Lapisan dalam sel tumbuhan adalah membran sel.
Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Bagian ekor dengan asam lemak yang bersifat hidrofobik (non polar), kedua lapis molekul tersebut saling berorientasi kedalam, sedangkan bagian kepala bersifat hidrofilik (polar), mengarah ke lingkungan yang berair. Komponen protein terletak pada membran dengan posisi yang berbeda-beda. Beberapa protein terletak periferal, sedangkan yang lain tertanam integral dalam lapis ganda fosfolipid. Membran seperti ini juga terdapat pada berbagai organel di dalam sel, seperti vakuola, mitokondria, dan kloroplas.
      Komposisi lipid dan protein penyusun membran bervariasi, bergantung pada jenis dan fungsi membran itu sendiri. Namun demikian membran mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bersifat selektif permeabel terhadap molekul-molekul. Air, gas, dan molekul kecil hidrofobik secara bebas dapat melewati membran secara difusi sederhana. Ion dan molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein permease spesifik untuk dapat diangkut melalui membran dengan proses yang disebut difusi terbantu (fasilitated diffusion). Kedua cara pengangkutan ini disebut transpor pasif. Untuk mengangkut ion dan molekul dalam arah yang melawan gradien konsentrasi, suatu proses transpor aktif harus diterapkan. Dalam hal ini protein aktifnya memerlukan energi berupa ATP, ataupun juga digunakan cara couple lewat proses antiport dan symport.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1  Waktu dan Tempat
             Praktikum Pellinan Buah dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 23 April 2011, pukul 03.00 WITA sampai selesai, di laboratorium I Budidaya  Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2  Alat dan Bahan
    Praktikum  Pelilinan buah yang digunakan  adalah timbangan, Cawan, gelas kimia, dan plstik.Sedangkan bahan yang digunakan adalah buah jeruk, air.
3.3 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada praktikum kali ini adalah :
1.     Setelah buah dipanen, buah disortir dengan baik dengan kematangan yang seragam.
2.    kemudian buah dicuci dengan air bersih, dibersihkan dengan cara disikat untuk membuang segala kotoran yang menempel pada kulitnya dimana tentu proses ini akan menghilangkan lapisan lilin natural tersebut dan ditiriskan.  
3.    Buah jeruk dikupas lalu dibelah dengan irisan melintang setebal 1 cm. 
4.    Kemudian buah  ditimbang lalu direndam pada air di gelas kimia, selanjutnya ditimbang selama 15 menit samapi konstan.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan,maka kita mendapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel : hasil pengamatan permeabilitas dinding sel
no
komoditi
Berat awal
Berat akhir (konstan)
1
 Buah jeruk
15 gram
17 gram
Sumber : Data primer tahun 2011
4.2 Pembahasan
            Pada percobaan Permeabilitas  terhadap dinding sel buah  jeruk pada perlakuan ini memilki berat awal 15 gram dan berat akhir 17 gram.   Maka dari itu  tingkat permeabiliasnya mencapai 0,2 %. Hal ini dikarenakan , kekuatan dinding sel ditunjang oleh ‘isi’ dari membrane sel. Semakin penuh isi dari sel tumbuhan, berarti semakin ‘padat’ sel tumbuhan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011) yang menyatakan bahwa Padatnya isi sel (biasanya dipengaruhi air) akan menekan dinding sel dan hal inilah yang disebut tekanan turgor.
Dinding sel dan membrane sel dapat rusak oleh berbagai hal. Selain perlakuan kimia, perlakuan panas dan dingin juga mempengaruhi ‘rusak’nya sel. Rusaknya sel diketahui dengan banyak sedikitnya pigmen yang keluar. Jika dilihat dengan mata telanjang, pigmen tersebut akan memberikan kepekatan warna yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011) Dengan spektrofotometer, kita dapat mengetahui ‘lebih pekat’ mana perlakuan yang kita lihat ‘sama pekat’ dengan mata telanjang.

BAB V
 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan permebilitas dinding sel yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1)    Permeabilitas  terhadap dinding sel buah  jeruk pada perlakuan ini memilki berat awal 15 gram dan berat akhir 17 gram.   Maka dari itu  tingkat permeabiliasnya mencapai 0,2 %.
2)   Kekuatan dinding sel ditunjang oleh ‘isi’ dari membrane sel. Semakin penuh isi dari sel tumbuhan, berarti semakin ‘padat’ sel tumbuhan tersebut. Padatnya isi sel (biasanya dipengaruhi air) akan menekan dinding sel dan hal inilah yang disebut tekanan turgor.
3)   Dinding sel dan membrane sel dapat rusak oleh berbagai hal. Selain perlakuan kimia, perlakuan panas dan dingin juga mempengaruhi ‘rusak’nya sel.
5.2 Saran                                   
            Sebaiknya pihak laboratorium menyediakan alat yang lebih banyak agar praktikan tidak antri dalam melakukan praktikum dan juga agar menyiapkan metode dan alat-alat yang lebih canggih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/index.php/berita/56. (diakses pada taggal 30 April 2011)
Anonim. 2011. http://www.scribd.com/doc/15249569/Profil-komoditas-jeruk. (diakses pada taggal 30April 2011)
Cahyono, Bambang. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya jeruk. Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Harjadi, 1989.  Hortikultura. Andy Offset. Yogyakarta.
Roy dan Goldschmidt 1996. Cara Meningkatkan Budidaya Jeruk. Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Sunarjono,dkk 2005. Penanganan pasca Panen. Pustaka Jaya. Yogyakarta.

PERUBAHAN KARAKTERISTIK SAYUR DAN BUAH YANG DIKEMAS DENGAN KEMASAN PLASTIK PADA BEBAGAI KONDISI PENYIMPANAN laporan pratikum

I . PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Penyimpanan memegang peranan penting dalam menjaga kuantitas dan kualitas produk. Penyimpanan menjadi fokus utama pada komoditi pertanian, terutama penyimpanan sayur dan buah. Komoditi pertanian berupa sayur dan buah mempunyai tingkat kadar air yang tinggi yaitu sekitar 75-95%. Oleh karena itu, modifikasi suhu penyimpanan mesti dilakukan sesuai dengan tingkat aktivitas enzim dari masing-masing sayur dan buah.
            Agar makanan atau bahan pangan baik yang belum di olah maupun yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ketangan konsumen dengan selamat. Secara kuantitas ataupun kualitas. Intraksi bahan pangan atau makanan dengan lingkungan dapat menimbulkan dampak yang merugikan bahan pangan tersebut.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu :
Untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan yang timbul, dan kapan kerusakan tersebut dapat terjadi.


II . TINJAUAN PUSTAKA


            Buah dan sayuran sedapat mungkin dapat dihindarkan dari kerusakan fisik, baik saat panen maupun dalam pruses penanganan pasca panen termasuk dalam proses pengangkutannya. Terjadinya kerusakan fisik dapat memicu terjadinya peningkatan laju penuaan pada buah dan sayuran segar, disamping penampakan fisik buah dan sayuran bersangkutan menjadi jelek sehingga daya jualnya pun akan menurun (Ariono, 2002).
            Penanganan pasca panen biasanya menerapkan teknologi yang tinggi, salah satu contoh teknologi pra pendinginan yang bertujuan untuk mengurangi suhu lapang pada buah sesaat setelah panen, sehingga proses metabolisme pada sayuran dan buah dapat diperlambat sebelum dilakukan teknologi penyimpanan lainnya (Edwards, 1987).
Adanya wadah atau kemasan  dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya dan melindungi dari bahaya pencemaran/kontaminasi serta gangguan fisik (gesekan dan benturan). Buah dan sayuran merupakan komuditi pertanian yang sangat mudah mengalami kerusakan dingin (chilling injury). Hal ini disebabkan karena komuditi tersebut masih melakukan proses respirasi untuk kelangsungan hidupnya (Nadika, 1989).
Laju kerusakan yang terjadi berbanding lurus dengan kecepatan respirasi yang dimiliki komuditi, semakin cepat laju respirasinya semakin cepat pula terjadi kerusakan pada komuditi tersebut perhatikan beberapa hal agar produk yang dikemas tidak mengalami kerusakan, diantaranya: kemasan tidak boleh kedap gas,
dapat memberikan efek atmosfir termodifikasi, dan tidak mencemari/bereaksi dengan produk yang dikemas  (Soesarsono, 2003).


III . METODOLOGI PERCOBAAN


A.    Waktu dan Tempat
Praktikum Perubahan Karakteristik Sayur dan Buah yang Dikemas dengan Kemasan Plastik pada Berbagai Kondisi Penyimpanan dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Teknik Pertanian, Universitas Syiah Kuala pada hari Rabu tanggal 12 Mei 2010, jam: 08.30-10.00 WIB.

B.     Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dingunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Table 1. Peralatan yang dingunakan
No
Nama
Jumlah
1.
Lemari es
1 unit
2.
Perforator
1 unit
3.
Pisau
1 buah

Tabel 2. Bahan yang dingunakan
No
Nama
Jumlah
1.
Kubis
Secukupnya
2.
Buncis
Secukupnya
3.
Brocolli
Secukupnya
4.
Kentang
Secukupnya
5.
Jeruk
Secukupnya
6.
Tomat
Secukupnya





Tabel 3. Kemasan yang digunakan
No
Nama
Jumlah
1.
Polypropilene
3 buah
2.
Polyetilen
3 buah

C.    Cara Kerja
1.      Dipilih buah/sayur yang mutunya baik, bagian yang tidak diperlukan dibuang, kemudian dicuci sampai bersih dan dikeringkan/ditiriskan dan diangin-anginkan supaya kering.
2.      Sayur dan buah dikemas sesuai dengan perlakuan dibawah ini:
a.       Tanpa kemasan, disimpan pada suhu ruang.
b.      Tanpa kemasan, disimpan pada suhu rendah.
c.       Menggunakan kemasan, disimpan pada suhu ruang.
d.      Menggunakan kemasan, disimpan pada suhu rendah.
3.      Diamati perubahan yang terjadi setiap hari sampai akhirnya sampel tidak dapat dipakai lagi.

IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengamatan
            Data hasil pengamatan pada praktikum ini terletak pada lampiran di halaman akhir.

B. Pembahasan
            Mutu buah dan sayur dapat rusak oleh berbagai hal terutama disebabkan oleh aktivitas mikroba. Kemasan yang biasa digunakan untuk pengemasan buah dan sayur adalah kemasan plastik yang dibentuk sedemikian rupa. Kemasan plastik yang digunakan harus dapat mengontrol udara dan uap air yang keluar masuk serta tahan terhadap kerusakan. Pengemasan buah dan sayur sebaiknya menggunakan kemasan hermetis Selain itu, buah dan sayur juga dapat mengalami kerusakan fisik akibat pengemasan yang kurang tepat dan penanganan pascapanen yang tidak sesuai prosedur. Oleh sebab itu, peranan pengemasan dalam menekan kerusakan mutu dan fisik buah serta sayur perlu diterapkan dengan baik.
            Seiring bertambahnya waktu penyimpanan waktu buah menjadi sedikit lunak berait dan ringan, pelunakan selama penyimpanan oleh penurunan sifat permeabilitas dinding sel tang menyebabkan hilangnya kemampuan mengelembung sel. Penyimpanan buah yang terlalu lama menyebabkan terjadinya pelunakan tekstur sebagai akibat perombakan molekul glukosa. Akibat lain ini dari kehilangan permeabilitas ini adalah cairan sel dapat terlepas ke ruangan eksrta seluler dan jaringan pembuluh.








V. PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Air yang terkandung dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pangan.
2.      Buah dan sayuran merupakan komuditi pertanian yang sangat mudah mengalami kerusakan dingin.
3.      Pengemasan di sebut juga pembungkusan, pewadahan dan juga pengepakan yang memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian.
4.      Bahan kemasan secara umum dibagi menjadi 2 macam, yaitu kemasan produk pangan dan kemasan produk non pangan.

B.     Saran
Saya sangat mengharapkan kepada asisten untuk lebih banyak bersabar dalam menjelaskan praktikum kepada praktikan dan tidak terlalu cepat dalam penyampaiannya, agar praktikan dapat mengerti.



BAHAN SELENGKAPNYA DAN DAFTAR PUSTAKA SILAHKAN DOWNLOAD DIBAWAH
Password: kuliahitukeren.blogspot.com

KETAHANAN KERTAS TERHADAP MINYAK (TERPENTINE TEST) Laporan Pratikum Teknik Pengemasan Bahan Pangan

I.     PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
 Kemasan kertas biasanya digunakan pada beberapa alat bahan pangan umum. Contohnya kertas greaseproof sebagai pengemas utama pada mentega, margarin, kopi, dan gula. Contoh lain yakni kertas glassine, kertas kraft dan kertas-kertas lainnya. Adanya kemasan, membuat kita dapat menikmati roti dengan mentega atau selai, biskuit, mi instan, dan macam-macam minuman. Kemasan telah mengamankan dan mengawetkan segala jenis makanan dan minuman.
Kertas terutama terdiri dari serat selulosa yang diperoleh dari kayu atau bahan selulosa lainnya yang melalui salah satu proses pembuatan pulp. Sifat pengemasan kertas sangat beragam, tergantung pada proses pengolahan dan pada perlakuan tambahan yang menghasilkan produk akhir. Sifat kekuatan dan mekanisnya bergantung pada perlakuan mekanis pada serat serta pada penambahan bahan pengisi dan pengikat.


B.       Tujuan Percobaan
1.      Mengetahui daya penetrasi minyak pada masing-masing kemasan kertas
2.    Mampu melakukan uji turpentine test.




I.     TINJAUAN PUSTAKA


            Kertas banyak digunakan sebagai pembungkus utama. Berdasarkan cara pembuatannya, kertas mempunyai kekuatan yang berbeda-beda, minsalnya terhadap air minyak dan sebagainya. Pelasipisan dengan menggunakan lilin akan menghasilkan kertas yang lebih kuat dan tahan terhadap air, sehingga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembungkusan bahan-bahan yang sangat seperti gula, mentega dan lainya (Isyana, 1988).
Kertas dibagi dua dalam klasifikasi yang luas, ialah cultural papers atau fine paper dan industrial paper atau coarse papers. Cultural paper yaitu antara lain printing paper, litho paper, artpaper dan lain-lain. Untuk keperluan kemas fleksible, selain menggunakan kertas industri seperti kraft paper dan glassine paper juga digunakan cultural paper, seperti litho paper dan art paper. Kraft paper, karena sifatnya yang kuat, banyak digunakan dibidang kemas fleksible, terutama sebagai shopping bag (Syarief, 1989).
Jenis kertas sebagian besar dapat diberi lilin dalam jumlah sedikit dalam proses pembuatan kertas atau dapat ditambahkan pada lembaran akhir dengan perlakuan lilin atau kertas wax atau kertas lilin adalah salah satu penghambat air dengan biaya rendah dan mempunyai ketahanan yang baik terhadap lemak, dan karakteristik daya rekat panas yang baik, sangat berguna untuk mengemas benda seperti makanan, sabun tembakau dan produk-produk sejenisnya (Winarno, 1993).


II.      METODOLOGI PERCOBAAN


A.      Alat dan Bahan
a.       Alat       : gelas kaca, stop watch, gunting, tube ukuran diameter 1.1” dan tinggi 1.1”, pipet 1.1 ml.
b.      Bahan    : kertas minyak, kertas roti, kertas foto, kertas layang, kertas karton, kertas kardus, pasir halus 20 mesh dan turpentine.

B.       Cara Kerja

1.      Ditaruh gelas kaca diatas penyangga dan kertas stensil diatasnya
2.      Diletakkan bahan pengemas 6 buah masing-masing berukuran 6 x 6 cm
3.      Dituangkan pasir halus keatas masing-masing kertas
4. Dituangkan masing-masing keatas bahan, terpentin oil yang telah diberi warna dengan cepat sebanyak 1,1 ml.
5.      Dicatat waktu penetrasinya.


III.      ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


A.      Data Hasil Pengamatan
Data Hasil Pengamatan terlampir pada lampiran.

B.       Pembahasan
Sizer adalah bahan penolong yang ditambahkan sebelum atau sesudah pembentukan lembaran kertas yang ditujukan terutama untuk meningkatkan ketahanan kertas terhadap cairan. Berdasarkan pemberian sizer dapat dibedakan dua macam, yaitu internal sizer dan surface sizer. Internal sizer merupakan proses untuk memberikan ketahanan penetrasi cairan pada kertas dengan memberikan bahan tambahan internal yang basah. Surface sizer umumnya merupakan penggunaan bahan berselaput tipis seperti tepung, getah dan polimer sintetis.
Diatas kertas yang akan di uji tersebut dituangkan pasir sedemikian rupa sehingga membentuk kerucut kecil. Setelah itu terpentin yang berwarna merah dituangkan diatas puncak kerucut kecil itu. Waktu dari penuangan terpentin sampai terbentuknya spot merah pertama kali, adalah waktu yang menunjukkan tingkat ketahanan kertas terhadap minyak.


IV.   PENUTUP


A.    Kesimpulan
1.      Pada beberapa jenis kertas daya tahan minyak lebih bagus dari pada daya tahan air.
2.      Kertas yang tahan terhadap minyak meliputi kertas foto, kertas layang dan kertas minyak.
3.      Pengujian ketahanan kertas terhadap minyak dilakukan dengan tes terpentin.Kertas yang tahan minyak mempunyai permukaan yang licin, sedangkan kertas yang tidak tahan terhadap minyak permukaanya lebih kasar.
4.      Beberapa faktor yang mempengaruhi sifat fisik kertas adalah: komposisi pulp serat pendek dan panjang, metode pembuatan, kadar air, metode sizes dan filler (bahan pengisi).
5.      Sizer adalah bahan penolong yang ditambahkan sebelum atau sesudah pembentukan lembaran kertas yang ditujukan terutama untuk meningkatkan ketahanan kertas terhadap cairan.


B.  Saran
                Diharapkan kepada asisten agar bahan – bahan yang dipratikumkan tersedia, sehingga lebih mudah untuk mengerti.







BAHAN SELENGKAPNYA DAN DAFTAR PUSTAKA SILAHKAN DOWNLOAD DIBAWAH
Password: kuliahitukeren.blogspot.com
 
© Bosan Kuliah All Rights Reserved