Tampilkan postingan dengan label SIG. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SIG. Tampilkan semua postingan

Sumber Data Spasial

Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain :

Analog
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya.

Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara format raster diubah menjadi format vektor melalui proses dijitasi sehingga dapat menunjukan koordinat sebenarnya di permukaan bumi. 

Data Penginderaan Jauh
Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya), merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster.

Data Hasil Pengukuran Lapangan
Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut contohnya: batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan dan lain-lain.

Data GPS (Global Positioning System)
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor. Pembahasan mengenai GPS akan diterangkan selanjutnya.

CITRA FOTO UDARA CITRA NONFOTO

Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar, yaitu berdasarkan atas :
  1. spektrum elektromagnetik yang digunakan
  2. sumbu kamera,
  3. sudut liputan kamera,
  4. jenis kamera,
  5. warna yang digunakan,
  6. sistem wahana dan pengindraannya.


Spektrum Elektromagnetik Yang Digunakan
            Berdasarkan spektrum elektromaknetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas  :
  1. foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet. Spektrum ultraviolet yang dapat digunakan untuk pemotretan hingga saat ini adalah spektrum ultraviolet dekat hingga panjang gelombang 0,29 µm.
  2. Foto ortokromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunkan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 µm – 0,56 µm).
  3. Foto pankromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak.
  4. Foto inframerah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah dekat hingga panjang gelombang 0,9 µm dan hingga 1,2 µm bagi film inframerah dekat yang dibuat secara khusus.
  5. Foto inframerah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan spectrum inframerah dekat dan sebagian spectrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau.

Hingga sekarang foto pankromatik masih merupakan foto yang paling banyak digunkan didalam pengindraan jauh system fotografi. Ia telah dikembangkan paling lama, harganya lebih murah bila dibandingkan dengan harga foto lain, dan lebih banyak orang yang telah terbiasa dengan foto jenis ini.


Sumbu Kamera
            Foto udara dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, yaitu :
  1. foto vertikal, yakni foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
  2. foto condong, yakni foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus kepermukaan bumi. Sudut ini pada umumnya sebesar 10º atau lebih besar. Apabila sudut condongnya berkisar antara 1º - 4º, foto yang dihasilkannya masih dapat digolongkan sebagai foto vertikal.




Foto condong dibedakan dibedakan lebih jauh atas :
  1. foto sangat condong (high oblique photograph), yakni bila pada foto tampak cakrawalanya.
  2. Foto agak condong (low oblique photograph), yakni bila cakrawala tidak tergambar pada foto.

Beda antara foto vertikal, foto agak condong, dan foto sangat condong. Dimisalkan daerah yang terpotret terdiri dari blok – blok yang berbentuk bujur sangkar. Bentuk bujur sangkar tergambar dengan bujur sangkar pula pada foto vertikal, sedang pada foto agak condong berubah menjadi trapesium, dan pada foto sangat condong berubah lebih jauh menjadi trapesium yang tampak cakrawalanya.

Sudut Liputan Kamera
            Paine (1981) membedakan citra foto berdasarkan sudut liputan (angular coverage) kamera atas empat jenis. Sudut liputan kamera diukur sepanjang diagonalnya.

Jenis Kamera
            Berdasarkan kamera yang digunakan di dalam pengindraan, citra foto dapat dibedakan atas :
a.       Foto tunggal, yaitu foto yang di buat dengan kamera tunggal. Tiap daerah liputan foto hanya tergambar oleh satu lembar foto.
b.      Foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama. Foto jamak dapat dibuat dengan 3 cara yaitu dengan :
·         Multikamera atau beberapa kamera yang masing – masing diarahkan ke satu daerah sasaran.
·         Kamera multilensa atau satu kamera dengan beberapa lensa.
·         Kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna.

Foto jamak dibedakan lebih jauh atas :
a.         Foto multispektral, yaitu beberapa foto daerah sama yang dibuat dengan saluran yang berbeda – beda. Pada umumnya digunakan empat kamera atau satu kamera berlensa empat dengan menggunakan saluran biru, hijau, merah dan inframerah pantulan. Perekamannya dilakukan secara bersamaan sehingga pada setiap pemotretan dihasilkan empat foto yang saluran elektromagnetiknya berbeda. Mamfaat foto multispektrum ialah untuk meningkatkan kemampuan mengenali obyek pada foto.
b.         Foto yang dibuat dengan kamera ganda (dual kamera). Dengan menggunakan kamera ganda, pada tiap pemotretan dihasilkan dua foto yang berbeda. Untuk pemotretan seluruh wilayah indonesia misalnya, dihasilkan foto pankromatik hitam putih dengan skala 1 : 50.000 dan foto inframerah berwarna dengan skala
1 : 30.000  bagi daerah padat penduduk seperti jawa, madura, Bali, Madura, Lombok. Bagi daerah jarang penduduk, foto yang dihasilkan dengan kamera ganda ini berupa foto pankromatik hitam putih dengan berskala 1 : 100.000 dan foto inframerah berwarna skala 1 : 60.000. dengan kamera ganda ini, penghematan biaya pemotretannya sangat berarti. Bila dua jenis foto tersebut  dipotret  dengan penerbangan sendiri – sendiri, biaya pemotretannya untuk seluruh wilayah indonesia mencapai 70.000 milyar rupiah. Bila pemotretannya dilakukan dengan kamera ganda, biayanya menurun menjadi 40 milyar rupiah (keterangan lisan dari Bakosurtanal).
c.             Foto udara yang dibuat dengan satu kamera vertikal dibagian tengah dan dua, empat, atau delapan kamera condong dibagian tepi. Hasilnya berupa satu foto vertikal yang bersambung dengan dua foto condong disebelah kanan dan disebelah kiri foto (trimetrogon), satu foto vertikal dan empat foto condong disekitarnya, dan satu foto vertikal ditambah delapan foto condong disekitarnya. Foto jenis ini dibuat sebelum perang dunia kedua dan sekarang tidak dibuat lagi.

Warna yang digunakan
            Berdasarkan warna yang digunakan, foto berwarna dibedakan atas :
1.      foto berwarna semu (false color) atau foto inframerah berwarna. Pada foto berwarna semu, warna obyek tidak sama dengan warna foto. Obyek seperti vegetasi yang berwarna hijau dan banyak mementulkan spektrum inframerah, tampak merah pada foto.
2.      foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna.

Sistem Wahana
            Ada dua jenis foto yang dibedakan berdasarkan wahana yang digunakan, yaitu :
  1. foto udara, yakni foto yang di buat dari pesawat udara atau dari balon.
  2. foto satelit atau foto orbital, yakni foto yang dibuat dari satelit.
 CITRA NONFOTO

          Citra nonfoto dibedakan berdasarkan: spektrum elektromagnetik yang digunakan sensor yang digunakan, dan wahana yang digunakan.
1.      Spektrum Elektromagnetik
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra nonfoto dibedakan atas:
1.      citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan inframerah termal. Jendela atmosfer yang digunakan ialah saluran dengan panjang gelombang (3,5-5,5)µm, (8-14) µm dan sekitar 18 µm. Pengindraan pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu obyek dan daya pancarnya yang pada citra tercermin dengan beda rona atau beda warnanya.
2.      citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistem aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistem pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah. Citra radar dibedakan lebih jauh atas dasar saluran yang digunakan, yaitu seperti yang disajikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. jenis citra radar berdasarkan salurannnya
Jenis citra radar
Panjang gelombang yang digunakan (µm)
Saluran Ka
7,5-11
Saluran K
11-16,7
Saluran Ku
16,7-24
Saluran X
37,5-75
Saluran S
75-150
Saluran L
150-300
Saluran p
300-1000

            Meskipun citra nonfoto juga ada yang menggunakan spektrum tampak. Citranya tidak disebut citra tampak. Ia lebih sering disebut berdasarkan sensornya atau wahananya. Seperti misalnya citra RBV, citra MSS, dan citra lainnya.

2.      Sensor
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan atas:
1.      citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan sensor tunggal.
2.      citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan saluran jamak. Berbeda dengan citra tunggal yang umumnya dibuat dengan saluran lebar. Citra multispektral pada umumnya dibuat dengan saluran sempit. Citra multispektral pada landsat sering dibedakan atas:
a.       Citra ‘Return Beam Vidicion’ atau citra RBV, yaitu citra yang dibuat dengan kamera ‘Return Beam Vidicion’ pada landsat -1 dan landsat-2. meskipun berupa kamera, hasilnya bukan berupa foto karena detektornya bukan film dan prosesnya bukan fotografik, melainkan elektronik. Ia beroperasi dengan spektrum tampak. Citra RBV pada landsat-3 bukan lagi berupa citra multi spektral, melainkan citra ganda.
b.      Citra ‘multispektral scanner’ atau citra MSS, yaitu citra yang dibuat dengan MSS sebagai sensornya. Ia dapat beroperasi dengan spektrum tampak dan spektrum lainnya, misalnya spektrum inframerah termal. Disamping citra MSS landsat juga ada citra MSS yang dibuat dari pesawat udara.
3.      Wahana
Berdasarkan wahananya. Citra nonofoto dibedakan atas:
1.            citra dirgantara (airborne image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi diudara atau dirgantara. Sebagai contoh misalnya citra inframerah termal, citra radar, dan citra MSS yang dibuat dari udara. Istilah citra dirgantara jarang sekali digunakan.
2.      citra satelit (satellite/spaceborne image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau luar angkasa. Citra satelitdibedakan lebih jauh atas penggunaan utamanya, yaitu:
a.       citra satelit untuk penginderaan planit, misalnya citra satelit Ranger (AS), citra satelit Viking (AS), citra satelit Luna (Rusia), dan citra satelit Venera (Rusia).
b.      Citra satelit untuk pengidraan cuaca, misalnya citra NOAA (AS), dan citra Meteor (Rusia).
c.       Citra satelit untuk penginderaan sumberdaya bumi, misalnya citra landsat (AS), citra Soyus (Rusia). Dan citra SPOT yang diorbitkan oleh Perancis pada tahun 1986.
d.      Citra satelit untuk penginderaan laut, misalnya citra Seasat (AS) dan citra MOS (Jepang) yang diorbitkan pada tahun 1986.

CITRA NONFOTO

            Citra nonfoto dibedakan berdasarkan: spektrum elektromagnetik yang digunakan sensor yang digunakan, dan wahana yang digunakan.
1.      Spektrum Elektromagnetik
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra nonfoto dibedakan atas:
1.      citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan inframerah termal. Jendela atmosfer yang digunakan ialah saluran dengan panjang gelombang (3,5-5,5)µm, (8-14) µm dan sekitar 18 µm. Pengindraan pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu obyek dan daya pancarnya yang pada citra tercermin dengan beda rona atau beda warnanya.
2.      citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistem aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistem pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah. Citra radar dibedakan lebih jauh atas dasar saluran yang digunakan, yaitu seperti yang disajikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. jenis citra radar berdasarkan salurannnya
Jenis citra radar
Panjang gelombang yang digunakan (µm)
Saluran Ka
7,5-11
Saluran K
11-16,7
Saluran Ku
16,7-24
Saluran X
37,5-75
Saluran S
75-150
Saluran L
150-300
Saluran p
300-1000

            Meskipun citra nonfoto juga ada yang menggunakan spektrum tampak. Citranya tidak disebut citra tampak. Ia lebih sering disebut berdasarkan sensornya atau wahananya. Seperti misalnya citra RBV, citra MSS, dan citra lainnya.

2.      Sensor
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan atas:
1.      citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan sensor tunggal.
2.      citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan saluran jamak. Berbeda dengan citra tunggal yang umumnya dibuat dengan saluran lebar. Citra multispektral pada umumnya dibuat dengan saluran sempit. Citra multispektral pada landsat sering dibedakan atas:
a.       Citra ‘Return Beam Vidicion’ atau citra RBV, yaitu citra yang dibuat dengan kamera ‘Return Beam Vidicion’ pada landsat -1 dan landsat-2. meskipun berupa kamera, hasilnya bukan berupa foto karena detektornya bukan film dan prosesnya bukan fotografik, melainkan elektronik. Ia beroperasi dengan spektrum tampak. Citra RBV pada landsat-3 bukan lagi berupa citra multi spektral, melainkan citra ganda.
b.      Citra ‘multispektral scanner’ atau citra MSS, yaitu citra yang dibuat dengan MSS sebagai sensornya. Ia dapat beroperasi dengan spektrum tampak dan spektrum lainnya, misalnya spektrum inframerah termal. Disamping citra MSS landsat juga ada citra MSS yang dibuat dari pesawat udara.
3.      Wahana
Berdasarkan wahananya. Citra nonofoto dibedakan atas:
1.            citra dirgantara (airborne image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi diudara atau dirgantara. Sebagai contoh misalnya citra inframerah termal, citra radar, dan citra MSS yang dibuat dari udara. Istilah citra dirgantara jarang sekali digunakan.
2.      citra satelit (satellite/spaceborne image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau luar angkasa. Citra satelitdibedakan lebih jauh atas penggunaan utamanya, yaitu:
a.       citra satelit untuk penginderaan planit, misalnya citra satelit Ranger (AS), citra satelit Viking (AS), citra satelit Luna (Rusia), dan citra satelit Venera (Rusia).
b.      Citra satelit untuk pengidraan cuaca, misalnya citra NOAA (AS), dan citra Meteor (Rusia).
c.       Citra satelit untuk penginderaan sumberdaya bumi, misalnya citra landsat (AS), citra Soyus (Rusia). Dan citra SPOT yang diorbitkan oleh Perancis pada tahun 1986.
d.      Citra satelit untuk penginderaan laut, misalnya citra Seasat (AS) dan citra MOS (Jepang) yang diorbitkan pada tahun 1986.

CITRA FOTO UDARA

Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar, yaitu berdasarkan atas :
  1. spektrum elektromagnetik yang digunakan
  2. sumbu kamera,
  3. sudut liputan kamera,
  4. jenis kamera,
  5. warna yang digunakan,
  6. sistem wahana dan pengindraannya.


Spektrum Elektromagnetik Yang Digunakan
            Berdasarkan spektrum elektromaknetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas  :
  1. foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet. Spektrum ultraviolet yang dapat digunakan untuk pemotretan hingga saat ini adalah spektrum ultraviolet dekat hingga panjang gelombang 0,29 µm.
  2. Foto ortokromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunkan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 µm – 0,56 µm).
  3. Foto pankromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak.
  4. Foto inframerah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah dekat hingga panjang gelombang 0,9 µm dan hingga 1,2 µm bagi film inframerah dekat yang dibuat secara khusus.
  5. Foto inframerah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan spectrum inframerah dekat dan sebagian spectrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau.

Hingga sekarang foto pankromatik masih merupakan foto yang paling banyak digunkan didalam pengindraan jauh system fotografi. Ia telah dikembangkan paling lama, harganya lebih murah bila dibandingkan dengan harga foto lain, dan lebih banyak orang yang telah terbiasa dengan foto jenis ini.


Sumbu Kamera
            Foto udara dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, yaitu :
  1. foto vertikal, yakni foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.
  2. foto condong, yakni foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus kepermukaan bumi. Sudut ini pada umumnya sebesar 10º atau lebih besar. Apabila sudut condongnya berkisar antara 1º - 4º, foto yang dihasilkannya masih dapat digolongkan sebagai foto vertikal.




Foto condong dibedakan dibedakan lebih jauh atas :
  1. foto sangat condong (high oblique photograph), yakni bila pada foto tampak cakrawalanya.
  2. Foto agak condong (low oblique photograph), yakni bila cakrawala tidak tergambar pada foto.

Beda antara foto vertikal, foto agak condong, dan foto sangat condong. Dimisalkan daerah yang terpotret terdiri dari blok – blok yang berbentuk bujur sangkar. Bentuk bujur sangkar tergambar dengan bujur sangkar pula pada foto vertikal, sedang pada foto agak condong berubah menjadi trapesium, dan pada foto sangat condong berubah lebih jauh menjadi trapesium yang tampak cakrawalanya.

Sudut Liputan Kamera
            Paine (1981) membedakan citra foto berdasarkan sudut liputan (angular coverage) kamera atas empat jenis. Sudut liputan kamera diukur sepanjang diagonalnya.

Jenis Kamera
            Berdasarkan kamera yang digunakan di dalam pengindraan, citra foto dapat dibedakan atas :
a.       Foto tunggal, yaitu foto yang di buat dengan kamera tunggal. Tiap daerah liputan foto hanya tergambar oleh satu lembar foto.
b.      Foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama. Foto jamak dapat dibuat dengan 3 cara yaitu dengan :
·         Multikamera atau beberapa kamera yang masing – masing diarahkan ke satu daerah sasaran.
·         Kamera multilensa atau satu kamera dengan beberapa lensa.
·         Kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna.

Foto jamak dibedakan lebih jauh atas :
a.         Foto multispektral, yaitu beberapa foto daerah sama yang dibuat dengan saluran yang berbeda – beda. Pada umumnya digunakan empat kamera atau satu kamera berlensa empat dengan menggunakan saluran biru, hijau, merah dan inframerah pantulan. Perekamannya dilakukan secara bersamaan sehingga pada setiap pemotretan dihasilkan empat foto yang saluran elektromagnetiknya berbeda. Mamfaat foto multispektrum ialah untuk meningkatkan kemampuan mengenali obyek pada foto.
b.         Foto yang dibuat dengan kamera ganda (dual kamera). Dengan menggunakan kamera ganda, pada tiap pemotretan dihasilkan dua foto yang berbeda. Untuk pemotretan seluruh wilayah indonesia misalnya, dihasilkan foto pankromatik hitam putih dengan skala 1 : 50.000 dan foto inframerah berwarna dengan skala
1 : 30.000  bagi daerah padat penduduk seperti jawa, madura, Bali, Madura, Lombok. Bagi daerah jarang penduduk, foto yang dihasilkan dengan kamera ganda ini berupa foto pankromatik hitam putih dengan berskala 1 : 100.000 dan foto inframerah berwarna skala 1 : 60.000. dengan kamera ganda ini, penghematan biaya pemotretannya sangat berarti. Bila dua jenis foto tersebut  dipotret  dengan penerbangan sendiri – sendiri, biaya pemotretannya untuk seluruh wilayah indonesia mencapai 70.000 milyar rupiah. Bila pemotretannya dilakukan dengan kamera ganda, biayanya menurun menjadi 40 milyar rupiah (keterangan lisan dari Bakosurtanal).
c.             Foto udara yang dibuat dengan satu kamera vertikal dibagian tengah dan dua, empat, atau delapan kamera condong dibagian tepi. Hasilnya berupa satu foto vertikal yang bersambung dengan dua foto condong disebelah kanan dan disebelah kiri foto (trimetrogon), satu foto vertikal dan empat foto condong disekitarnya, dan satu foto vertikal ditambah delapan foto condong disekitarnya. Foto jenis ini dibuat sebelum perang dunia kedua dan sekarang tidak dibuat lagi.

Warna yang digunakan
            Berdasarkan warna yang digunakan, foto berwarna dibedakan atas :
1.      foto berwarna semu (false color) atau foto inframerah berwarna. Pada foto berwarna semu, warna obyek tidak sama dengan warna foto. Obyek seperti vegetasi yang berwarna hijau dan banyak mementulkan spektrum inframerah, tampak merah pada foto.
2.      foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna.

Sistem Wahana
            Ada dua jenis foto yang dibedakan berdasarkan wahana yang digunakan, yaitu :
  1. foto udara, yakni foto yang di buat dari pesawat udara atau dari balon.
  2. foto satelit atau foto orbital, yakni foto yang dibuat dari satelit.


PROYEKSI PETA

Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta. Beberapa jenis proyeksi yang umum adalah silinder/tabung (cylindrical), kerucut (conical), bidang datar (zenithal) dan gubahan (arbitrarry).

Pada prinsipnya arti proyeksi peta adalah usaha mengubah bentuk bidang lengkung ke bentuk bidang datar, dengan persyaratan bentuk yang diubah itu harus tetap, luas permukaan yang diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yang lain di atas permukaan yang diubah harus tetap.
Jenis proyeksi yang sering kita jumpai sehari-hari adalah proyeksi gubahan, yaitu proyeksi yang diperoleh melalui perhitungan. Jenis proyeksi yang sering di gunakan di indonesia adalah WGS-84 (World Geodetic System) dan UTM (Universal Transverse Mercator).

·         WGS-84 (World Geodetic System)
WGS-84 (World Geodetic System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid. Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di atas dan 100 m di bawah-nya. Bila ukuran sumbu panjang ellipsoid WGS-84 adalah 6 378 137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan terbesar ini adalah 1 / 100 000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya, menggunakan ukuran ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia. WGS-84 “diatur, diimpitkan” sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di kawasan Nusantara RI. Titik impit WGS-84 dengan geoid di Indonesia dikenal sebagai datum Padang (datum geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik reference dalam pemetaan nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di daerah sekitar Semarang untuk pemetaan yang dibuat Belanda. Menggunakan ER yang sama – WGS 84, sejak 1995 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum geodesi absolut. DGN-95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit dengan pusat masa bumi.

·         Proyeksi UTM
Proyeksi UTM merupakan proyeksi Peta yang banyak di pilih dan di gunakan dalam kegiatan pemetaan di Indonesia karena di nilai memenuhi syarat-syarat ideal yang sesuai dengan bentuk, letak dan luas Indonesia. Spesifikasi UTM antara lain adalah (1) menggunakan bidang silender yang memotong bola bumi pada dua meridian standart yang mempunyai faktor skala k=1, (2) Lebar zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri, (3) setiap zone memiliki meridian tengah sendiri dengan faktor perbesaran = 0.9996, (4) Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS dan (5) proyeksinya bersifat konform. Menurut Frans (iagi.net) UTM menggunakan silinder yg membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi), sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yg berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Akibatnya, titik2 pada garis tersebut terletak pada kedua bidang, sehingga posisinya walaupun dipindahkan (diproyeksikan), dari ellipsoid ke silinder, tidak akan mengalami perubahan (distorsi).

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM BIDANG PERTANIAN

Pilihan untuk melakukan revitalisasi sektor adalah pilihan yang sangat tepat untuk saat ini. Hal ini dapat dilihat dari besarnya sumbangan yang telah diberikan oleh sektor pertanian dalam pembangunan nasional. Revitalisasi juga mengandung pengertian bahwa sektor pertanian pernah sangat vital, namun kini kurang mendapatkan perhatian dan prioritas sebagaimana mestinya sehingga sumbangan yang diberikan kurang optimal.  Sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan yang baik akan terwujud jika didukung oleh sistem perencanaan yang akurat dan terukur. Oleh karena itu semua faktor yang mempengaruhi pembangunan pertanian yang berkelanjutan,baik itu faktor pendukung maupun faktor pembatas harus dipikirkan sejak awal dan dituangkan dalam produk database dan peta pembangunan pertanian.  
Lahan yang luas dan subur dengan kualitas sumberdaya manusia yang berpikiran maju merupakan salah satu faktor pendukung utama. Namun demikian dengan kondisi lahan yang terbatas dan kemampuan lahan tidak merata, maka pengembangan pertanian yang berkelanjutan harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Sedangkan faktor pembatas yang sering ditemui adalah kurangnya informasi dan data yang akurat tentang kondisi sumber daya alam, dimana data dan informasi merupakan instrumen yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan.
Perkembangan penggunaan sumberdaya alam lahan sampai saat ini belum memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan produksi tanaman. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lahan yang bervariasi berdasarkan letak georafis dan topografinya, yang masing-masing mempengaruhi produktifitas tanaman. Diperlukan perencanaan yang matang dalam mengambil keputusan jenis tanaman yang akan ditanam. Perencanaan dan pengambilan keputusan harus dilandasi oleh data dan informasi yang akurat tentang kondisi lahan.
Penggunaan teknologi berbasi komputer untuk mendukung perencanaan tersebut mutlak digunakan untuk menganalisis, memanipulasi dan menyajikan informasi. Salah satu teknologi tersebut adalah Sistem Informasi Geografi (SIG) yang mempunyai kemampuan membuat model yang memberikan gambaran, penjelasan dan perkiraan dari suatu kondisi faktual. Untuk mendapatkan model, gambaran dan informasi tentang komoditas yang cocok untuk ditanam, maka dilakukan pembuatan peta dan analisis kesesuaian lahan dengan menggunakan metode SIG.
Pembuatan peta dan analisis kesesuaian lahan ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi kesesuaian lahan dan menyajikan data dan informasi yang akurat, obyektif dan lengkap sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijaksanaan. Selain itu juga bertujuan untuk mendorong peningkatan produktifitas sektor pertanian sesuai dengan kemampuan dan daya dukung lahan.
Informasi dari analisis kesesuaian lahan ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
1.      Memberikan pedoman dan arahan bagi petani untuk memilih komoditas yang sesuai sehingga kegagalan panen dapat dihindari.
2.       Tersedianya informasi yang cukup bagi para penyuluh di lapangan.
3.      Sebagai bahan acuan dan referensi dalam membuat perencanaan di wilayah kerja masing-masing.
4.      Sebagai pemandu bagi instansi yang berwenang dalam menentukan kebijakan.
Sistem Informasi Geografi (SIG) dapat digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian, seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan saluran air. Selain itu SIG juga dapat digunakan untuk menetapkan masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena perbedaan pembibitan, penanaman atau teknik yang digunakan dalam masa panen.
Analisa tanah untuk kesesuaian lahan dilakukan untuk mendapatkan alternative berbagai tanaman yang sesuai dengan kondisi bentang lahan dan jenis tanah yang terdapat dalam areal kerja tersebut. Analisi ini dilakukan dengan cara mencocokan antara kebutuhan tanaman untuk hidup dengan data kondisi tempat yang akan ditanami. Hasil analisis tanah dan faktor iklim disesuaikan dengan persyaratan tumbuh suatu jenis tanaman.
Data-data hasil analisis tanah di atas dimasukkan ke dalam data base peta sebagai atribut peta yaitu sifat tanah, sifat kimia tanah dan jenis komoditas yang paling cocok. Masing-masing peta tematik dengan atributnya ditumpang tindihkan sehingga diperoleh peta kesesuaian lahan (sangat tidak cocok, kurang cocok, cocok, sangat cocok).  



Mengelola Produksi Tanaman
GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumberdaya pertanian dan perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air. Anda dapat menggunakan GIS untuk menetapkan masa panen, mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena perbedaan pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa panen.Misalny GIS membantu menginventarisasi data-data lahan perkebunan tebu menjadi lebih cepat dianalisis. Proses pengolahan tanah, proses pembibitan, proses penanaman, proses perlindungan dari hama dan penyakit tananan dapat dikelola oleh manager kebun, bahkan dapat dipantau dari direksi.
Mengelola Sistem Irigasi
GIS juga dapat digunakan untuk membantu memantau dan mengendalikan irigasi dari tanah-tanah pertanian. GIS dapat membantu memantau kapasitas sistem, katup-katup, efisiensi, serta distribusi menyeluruh dari air di dalam sistem.
 
© Bosan Kuliah All Rights Reserved