Keberhasilan pembangunan tidak hanya dinilai dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga harus dilihat dari keberhasilan dalam mengurangi tingkat ketimpangan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu keberhasilan pembangunan juga diukur dari tingkat keberhasilan mengurangi jumlah jumlah penduduk miskin serta keberhasilan dalam upaya menciptakan lapangan kerja atau kesempatan kerja dan meningkatkan tingkat partisipasi angkatan kerja. Kesempatan kerja merupakan peluang bagi angkatan kerja yang menganggur untuk mendapatkan pekerjaan yang berarti pula peluang atau kesempatan untuk mendapatkan penghasilan. Keadaan tenaga kerja dan kesempatan kerja di Indonesia ditandai oleh adanya beberapa masalah pokok yang bersifat struktural. Masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk berarti masih tetap tinggi pula pertumbuhan angkatan kerja. Diperkirakan pertumbuhan angkatan kerja lebih tinggi daripada pertumbuhan penduduk oleh karena struktur umur penduduk yang relatif muda. Hal ini berarti banyak tenaga kerja yang berusia muda dan umumnya kurang atau belum trampil dan kurang pengalaman. Selain itu masalah ketenagakerjaan juga ditandai oleh adanya kekurang seimbangan penyebaran tenaga kerja bila dikaitkan dengan sumber alam yang tersedia. Sebagian besar tenaga kerja Indonesia berada di Pulau Jawa yang merupakan bagian yang kecil dari seluruh wilayah Indonesia. Di lain pihak pasar kerja belum berfungsi dengan baik dalam menyebarkan tenaga kerja dari daerah yang kelebihan tenaga kerja ke daerah yang kekurangan tenaga kerja. Adanya kelebihan tenaga kerja secara umum dan belum terserapnya seluruh tenaga kerja yang tersedia, menimbulkan masalah lain pada bidang perburuhan seperti kurang layaknya syarat kerja dan kondisi kerja.
Dalam rangka mengatasi masalah ketenagakerjaan, pemerintah harus menempuh kebijaksanaan dan langkah-langkah yang bersifat menyeluruh. Sasaran yang ingin dicapai adalah perluasan kesempatan kerja produktif, pemerataan kegiatan dan pemerataan hasil pembangunan. Dalam hubungan ini telah dirumuskan empat bentuk kebijaksanaan. Pertama, kebijaksanaan umum di bidang ekonomi dan sosial. Di bidang ekonomi, kebijaksanaan mencakup kebijaksanaan fiskal ketenagakerjaan, moneter dan investasi; di bidang sosial diadakan kebijaksanaan kependudukan yang bertujuan mewujudkan masyarakat berkeluarga kecil yang sejahtera. Kedua, kebijaksanaan sektoral di berba-gai sektor mengusahakan terciptanya perluasan kesempatan kerja berikut peningkatan produksi. Ketiga, kebijaksanaan daerah berupa pengerahan tenaga kerja dari daerah yang kelebihan ke daerah yang membutuhkan, misalnya melalui Antar Kerja Antar Daerah. Keempat, kebijaksanaan khusus yang secara langsung dan tidak langsung menyediakan lapangan kerja untuk waktu yang relatif pendek bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah, misalnya waktu sepi kerja di sektor pertanian.
Pada tahun 1989, tingkat kesempatan kerja di Indonesia adalah sebesar 73.908.204 jiwa yang terbagi dalam beberapa sektor ekonomi. Pada tahun 1990, tingkat kesempatan kerja menurun sebesar 71.570.000 jiwa. Dan pada tahun selanjutnya tingkat kesempatan kerja terus meningkat sampai tahun 1994 adalah sebesar 82.038.100 jiwa. Pada tahun 1995, tingkat kesempatan kerja di Indonesia menurun menjadi 80.110.060 jiwa.
Dengan terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 telah berdampak negatif pada seluruh tatanan ekonomi sosial di Indonesia. Karena dengan depresiasi nilai rupiah terhadap dollar Amerika yang drastis dipercaya telah menyebabkan kontraksi pada sektor-sektor riil yang sangat tergantung pada input produksi impor. Kondisi ini telah mengakibatkan meningkatnya insiden kebangkrutan usaha-usaha disektor formal, rasionalisasi dan insiden pemutusan hubungan kerja (PHK), yang pada gilirannya dapat mengurangi peluang kesempatan kerja dan menurunnya rata-rata tingakt pendapatan keluarga. Jumlah rumah tangga miskin terus meningkat. Pada tahun 1999, tingkat kesempatan kerja di Indonesia terus meningkat sebesar 88.816.859 jiwa. Tetapi pada tahun 2002-2003, tingkat kesempatan kerja menurun drastis, pada tahun 2002 sebesar 91.647.166 jiwa dan pada tahun 2003 menurun lagi menjadi 90.784.917 jiwa. Dan pada tahun selanjutnya tingkat kesempatan kerja di Indonesia terus meningakat sampai pada tahun 2006 sebesar 95.456.935 jiwa. Hal ini disebabkan oleh semakin membaiknya roda perekonomian dan banyak terbukanya lapangan kerja di Indonesia. Perkembangan kesempatan kerja di Indonesia dari tahun 1989-2007 dapat dilihat pada tabel IV-2 berikut ini.
Tabel IV-2
Perkembangan Kesempatan Kerja di Indonesia
Tahun 1989-2007
Tahun | Kesempatan Kerja (Jiwa) |
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 | 73.908.204 71.570.000 76.423.179 79.200.542 80.101.016 82.038.100 80.110.060 85.701.813 87.049.756 87.672.449 88.816.859 89.837.730 93.722.036 91.647.166 90.784.917 93.722.036 94.948.118 95.647.497 |